Ad Code

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Berikut Informasi Penting Penggunaan Obat Dexametason, Metilprednisolon, dan Triamsinolon

KORTIKOSTEROID (Metilprednisolon, Dexametason, Triamsinolon)

Apakah anda sering membeli obat di Apotek untuk menangani keluhan seperti bengkak, peradangan, sariawan, dan alergi? 

Biasanya farmasi atau apoteker yang bekerja diapotek akan memberikan dexteem plus tablet (sediaan dalam komposisi dekslorfeniramin maleat dan dexametason) untuk gelala alergi karena makanan, minuman, cuaca, dan penyebab lain. Jika hanya peradangan akan diberikan metilprednisolon dosis 4 mg, 8 mg, dan 16 mg. Tetapi harus diketahui untuk penggunaan pertama kali menggunakan dosis serendah mungkin. Alasanya adalah ketika minum dosis terendah maka kita dapat mengetahui efek dari obat tersebut. Apakah berefek pada dosis tersebut, apakah efek samping minimal. Jadi, untuk penggunaan dosis obat terkecil/minimum yang sudah memberikan efektivitas yang baik, maka penggunaan dosis setelahnya atau dosis ke lebih tinggi tidak diperlukan lagi. Dosis dapat dinaikan bila dosis pertama tidak memberikan perbaikan. Namun, jika gejala tidak kunjung menghilang dapat dipilih obat lainnya dengan indikasi yang sama. Perlu diperhatikan kembali kepatuhan dalam minum obat tetap harus diperhatikan dan tidak dapat dihindarkan untuk mempercepat penyembuhan. Syarat lainnya adalah minum obat sesuai aturan atau anjuran dari dokter (untuk obat resep) dan farmasi (untuk obat swamedikasi) misal sebelum, sesudah, atau bersamaan dengan makan, tidak mengubah jadwal minum obat dab tidak mengubah dosis minum obat, dan patuhi aturan yang tertera pada brosur atau etiket obat. Contohnya obat dalam sediaan botol dengan keterangan harus dikocok terlebih dahulu, obat diminum dengan cara dikunyah, dilarutkan dalam air dan keterangan lainnya. Obat dalam sediaan salep seperti triamsinolon yang bisa diindikasikan untuk mengobati sariawan dengan keterangan obat tidak boleh ditelan atau hanya untuk pemakaian luar. 

Obat-obat kortikosteroid diatas adalah obat keras dengan tanda huruf K bewarna merah yang seharusnya dapat dibeli dengan resep dokter. Tetapi tidak usah khawatir, jika gejala yang disebutkan diatas anda rasakan dapat membelinya secara bebas diapotek. Obat tersebut diminum jika diperlukan saja, pada saat gejala hilang dan sudah membaik obat tidak perlu dilanjutkan, berbeda seperti halnya minum antibiotik yang harus dihabiskan walaupun dirasakan kondisi tubuh sudah membaik. 

Perlu manajemen yang baik dalam penggunaan obat golongan kortikosteroid karena efek jangka pendek maupun efek jangka panjang. Alasan kenapa obat ini tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang karena efek sampingnya. 

Istilah kortikosteroid digunakan secara klinis untuk menggambarkan agen dengan aktivitas glukokortikoid. kortisol dan kortison adalah steroid dengan perbedaan pada kelompok fungsional yang ada dalam dua molekul dan secara struktur kimia berbeda. Kortisol adalah glukokortikoid endogen juga dikenal sebagai hidrokortison, merupakan hormon steroid yang dilepaskan oleh korteks adrenal, juga termasuk hormon seks, dapat meingkatkan tekanan gula darah, memiliki kemampuan menekan sistem kekebalan tubuh dan berfungsi sebagai agen antiinflamasi. Kortison adalah hormon steroid lain yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal, juga bertindak sebagai agen antiinflamasi. Karena kortison terlibat dalam mengatur keseimbangan air, natrium, kalium, kalsium dan klorida, penggunaan steroid dapat meningkatkan retensi cairan dan kadang memperburuk atau menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Kortison juga terlibat dalam mempertahankan kadar glukosa normal dalam darah, penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan gula darah atau bahkan mengembangkan diabetes mellitus. 


Penggunaan kortikosteroid lebih dari 2 minggu dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk merespon stres fisik, penggunaan jangka panjang dapat menekan peran protektif sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko infeksi, terapi steroid dapat menyebabkan penipisan tulang (osteoporosis dan osteopenia) dan meningkatkan risiko patah tulang terutama pada orang lanjut usia, steroid dapat menganggu kemampuan untuk tertidur terutama ketika dikonsumsi pada malam hari, pada dosis lebih dari 30 mg per hari dapat mempengaruhi suasana hati. Beberapa orang dapat merasa tertekan dan beberapa diantaranya efek akan naik tanpa alasan yang jelas, steroid dapat meningkatkan terkena bisul atau perdarahan gastrointestinal, terutama jika minum obat ini bersamaan dengan obat antiinflamasi non steroid (NSAID), seperti aspirin dan ibuprofen. 

Penarikan steroid secara cepat dapat menyebabkan sindrom yang bisa meliputi nyeri sendi, kelelahan, nyeri otot, otot kaku, dan demam. Steroid mempengaruhi metabolisme  dan bagaimana tubuh menimbulkan lemak sehingga dapat menyebabkan peningkatan nafsu makan, meningkatnya berat badan, dan menyebabkan penimbunan lemak ekstra diperut. Steroid terkadang dapat menyebabkan katarak atau glaukoma (peningkatan tekana pada mata). Ada kemungkinan bahwa steroid dapat meningkatkan tingkat pengerasan pembuluh darah yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Risiko ini mungkin jauh lebih signifikan jika steroid  dikonsumsi lebih dari setahun dan jika dikonsumsi dalam dosis tinggi. 

Steroid terutama pada dosis yang lebih tinggi untuk pemakaian jangka waktu yang lama, kadang-kadang dapat menyebabkan kerusakan tulang, yang disebut nekrosis aseptik (juga dikenal sebagai osteonekrosis atau neksrosis avaskular), bila terjadi pada sejumlah persendian terutama pada bagian pinggul adalah hal yang paling umum. 

Sadari penggunaan kortikosteroid yang tidak tepat karena akan berdampak pada efek samping yang tidak diinginkan. Perlu komunikasi, informasi, dan edukasi dari tim kesehatan terutama farmasi untuk mencegah adanya efek lanjutan. Penggunaan harus selalu diwaspadai dan jika sudah terlanjur menimbulkan masalah baru terkait efek samping maka perlu di nilai kembali oleh tenaga profesional sehingga mendapat perawatan yang lebih intensif. 

Post a Comment

0 Comments

Ad Code

Responsive Advertisement