Ad Code

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Hati-hati pemakaian antibiotik yang tidak tepat, yuk simak sekilas tentang resistensi antibiotik

 SEJARAH ANTIBIOTIK DAN RESISTENSI ANTIBIOTIK 

Antibiotik penisilin pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming (1928) sebagai penemuan obat baru ditandai dengan awal era antibiotik pada masa itu yang digunakan untuk menyembuhkan atau melawan infeksi penyakit. Penyalahgunaan antibiotik sering dilaporkan dalam hal resep antibiotik yang berlebihan, konsumsi yang tinggi, resep yang tidak tepat, kesalahan dalam pembacaan resep, komunikasi yang kurang baik antar tim professional kesehatan, kurangnya sumber daya manusia atau resep sendiri. Penyalahgunaan antibiotik sebagai salah satu kontributor utama fenomena pertumbuhan antibiotik resisten.



Penelitian di Indonesia (2019) tentang survailens resistensi antbiotik pada rumah sakit tipe A, B, dan C untuk bakteri gram positif dan gram negative menunjukan pola gram positif dan negatif berturut-turut adalah E. faecalis dan E.coli (darah dan urin), Streptococcus spp dan K. pneumoniae (sputum), S. aureus dan E.coli (nanah), E. faecalis dan E.coli (luka ), Staphylococcus koagulase-negatif dan Enterobacteriaceae (CSF). Dari data tersebut diperlukan pemberian antibiotik. Antibiotik empiris dapat diberikan jika hasil pemeriksaan laboratorium dari sampel berupa darah, urin, sputum, nanah, dan luka belum mendapatkan hasil karena butuh waktu pemeriksaan. Jika hasil laboratorium telah diterima, antibiotik definitif diusulkan berdasarkan peta medan kuman, standar formularium di rumah sakit, dan sensitifitas dari antibiotik. 

 

Resistensi antibiotik (obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi bakteri) terjadi ketika bakteri, virus, jamur, dan parasit menjadi resisten terhadap obat antimikroba yang berfungsi sebagai tindakan kuratif atau mengobati infeksi yang menjadi menjadi penyebab. Resistensi antimikroba terutama karena penggunaan yang tidak tepat atau obat yang tidak rasional. Penggunaan obat yang rasional adalah pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinis, dosis yang sesuai kebutuhan serta biaya yang terjangkau untuk mencapai pengobatan yang efektif. Evaluasi kerasionalan obat terdiri dari tepat pasien, tepat obat, tepat diagnosis, tepat dosis, tepat indikasi, tepat cara pemberian, tepat interval waktu pemberian, tepat lama pemberian, tepat informasi, tepat penyerahan obat, dan waspada efek samping. Ketepatan pemberian obat sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, mencegah atau menyembuhkan penyakit, dan kepatuhan pasien menjadi baik. 

 

Resistensi antibiotik merupakan resistensi obat ketika mikroorganisme mampu bertahan hidup pada paparan antibiotik. Resistensi disebabkan karena adanya mutase genetik pada bakteri. Jika digunakan tidak tepat dan tidak rasional maka dapat menguntungkan bagi mikroorganisme yang resisten untuk timbul, bertahan, dan menyebar. Pada paparan antibiotik dimana semakin besar durasi maka semakin besar risiko mengembangkan resistensi. Kebutuhan penggunaan antibiotik menjadi lebih umum, namun jika antibiotik lini pertama, kedua, ketiga dan seterusnya tidak memberikan efektivitas dan kemanjuran yang baik bagi pasien maka muncul pilihan alternatif atau dorongan untuk memberikan antibiotic baru, akan tetapi terus terjadi penurunan jumlah obat yang disetuji. Oleh sebab itu, resistensi antibiotik menyebabkan masalah baru secara signifikan menimbulkan medication error bagi Sebagian besar pasien.

 

Empat jenis utama resistensi terhadap antibiotik berkembang :resistensi alami (Intensif), resistensi silang, resistensi multiobat dan resistensi pan, dan perlawanan yang didapat. Menularnya bakteri yang resisten dari manusia melalui beragam saluran seperti kontak hewan ke manusia, rantai makanan, dan lingkungan. Resistensi antibiotik terlihat bukan hanya masalah konsumsi obat pada manusia, tetapi juga digunakan dalam pendidikan kedokteran hewan, akualkultur, holtikultura, mempromosikan pertumbuhan pada hewan, sebagai profilaksis, dan pencegahan penyakit dibidang pertanian. Penyebaran dan penularan secara global memicu resistensi antimikroba karena difasilitasi oleh peningkatan perjalanan, perdagangan dan migrasi manusia ke hewan. Wisatawan yang pulang dari liburan atau perjalanan bisnis dapat membawa pulang bakteri yang resisten contohnya diare traveller. 

 

Banyak faktor yang mendasari sebagai akibat dari kombinasi antara system Kesehatan yang kurang berkembang, kualitas pelayanan dan sumber daya manusia yang rendah, tingkat penyakit menular yang lebih tinggi, serta penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat meningkatkan hilangnya produktifitas, beban ekonomi dan beban resistensi antimikroba terutama dinegara dengan penghasilan menegah dan rendah, juga menyebabkan biaya perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan ekstra baik biaya personal maupun ditanggung oleh asuransi kesehatan. Pada kasus infeksi resisten yang sulit untuk diobati dan lebih mahal serta memerlukan perawatan rawat inap (long of stay) dirumah sakit menjadi lebih lama dibandinkan kasus yang terinfeksi strain yang rentan terhadap obat. Karena itu menjadi salah satu ancaman besar bagi kesehatan manusia.

 

Resistensi antibiotik dari macam-macam grup diantaranya resistensi terhadap antibiotik beta-laktam: Antibiotik beta-laktam adalah kelas antibiotik yang luas, termasuk penisilin, sefalosporin (yaitu, generasi pertama, generasi kedua, generasi ketiga, generasi keempat dan generasi kelima), monobaktam dan karbapenem. Resistensi antibiotik golongan aminoglikosida, resistensi tetrasiklin, resistensi makrolida, linkosamid, resistensi kloramfenikol, resistensi flourokuinolon, resistensi rifampisin, resistensi trimetoprim dan sulfonamid, dan resistensi antibiotik glikopeptida. 

 

Langkah bersama berbagai tindakan penatagunaan sehingga dapat mendistribusikan dan menggunakan antimikroba dengan tepat mencakup peresepan dan distribusi antibiotik melalui personel yang terlatih dengan meningkatkan pelatihan, Pendidikan, dan juga menjamin kualitas, menghindari penggunaan antibiotik yang tidak perlu, dan diagnosis yang lebih baik difasilitas pelayanan Kesehatan untuk menjamin penggunaan antibiotik yang tepat. 

 

Pengendalian antibiotik berguna untuk mencegah adanya kesalahan dalam pengobatan, ketidakrasionalan pengobatan, dimana setengah dari peningkatan penggunaan antibiotik dianggap tidak diperlukan, contoh antibiotik diberikan pada pasien batuk berdahak yang sebenarnya batuk tersebut bukan berasal dari bakteri melainkan karena virus. Salah satu faktor yang mencirikan dari meningkatnya jumlah minkroorganisme yang resisten terhadap agen antimkroba adalah penyakit menular misalnya HIV, TBC, gonore, pneumonia, keracunan darah, diare, dan malaria. Pengobatan konvensional seringkali gagal merespon infeksi yang disebabkan mikroorganisme yang resisten adalah salah satu penyebabnya sehingga menyebabkan lama tinggal dirumah sakit lebih lama karena penyakit berkepanjangan dan risiko mortalitas menjadi lebih besar. 

 

Penggunaan antimikroba mempertimbangkan keputusan mengenai dosis dan durasi antibiotik yang paling tepat untuk memastikan dampak minimal pada tingkat resistensi lokal dan memastikan ketersediaan dan kemanjurannya dimasa depan. Selain itu, penggunaan diagnostik yaitu, penerapan teknik diagnostik cepat di laboratorium mikrobiologi klinis untuk membantu memilihkan terapi obat.

 

Pengenalan antibiotik baru terhadap mikroorganisme yang resisten juga membutuhkan membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tinggi. Oleh karena itu, daripada penemuan antibiotik baru, penggunaan antibiotik yang rasional (dengan beberapa tepat dan waspada efek samping), penerapan tindakan pengendalian infeksi yang ketat di rumah sakit, masyarakat cerdas dalam penggunaan antibiotik. Pelatihan resistensi antibiotik adalah tindakan paling dasar untuk tenaga kesehatan professional maupun di masyarakat umum melalui program penyuluhan dan edukasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan. 

 

Pengetahuan tentang antibiotik dapat diakses melalui internet, leaflet, dan sumber lainnya. Dengan pembekalan yang memadai diharapkan pasien yang akan menggunakan antibiotik lebih paham dan lebih patuh sehingga rasionalitas pengobatan tercapai dengan efektivitas yang tinggi, penyembuhan penyakit lebih cepat, dan terhindar dari gejala klinis baru akibat penggunaan yang tidak tepat

Post a Comment

0 Comments

Ad Code

Responsive Advertisement