Ad Code

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Cari Tau Obat Antihipertensi dan Dosis Yang di Rekomendasikan

 PENGOBATAN HIPERTENSI 

Tekanan darah (TD) adalah kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh. Arteri (pembuluh darah utama didalam tubuh)  membawa darah dari jantung ke bagian lain dari tubuh. Hipertensi adalah ketika tekanan darah tinggi pada saat diukur atau tekanan darah yang lebih tinggi dari biasanya. Tekanan darah diukur dalam dua angka yaitu sistolik dan diastolik. Sistolik yang mewakili tekanan dalam peembuluh darah saat jantung berdenyut atau berkontraksi, sedangkan diastolik mewakili tekanan dalam darah saat jantung beristirahat diantara detak.

Tekanan darah biasanya naik turun sepanjang hari, namun dapat merusak jantung dan menyebabkan masalah kesehatan jika tetap berada pada rentang nilai diatas normal dalam waktu yang lama. Hipertensi terdiagnosa jika diukur pada dua hari yang berbeda, dengan keterangan tekanan darah sistolik pada kedua hari yaitu 140 mmHg dan pembacaan tekanan darah diastolik pada kedua hari adalah 90 mmHg, dan biasanya dibaca 140/90 mmHg.

Strategi A mulai satu obat, titrasi hingga dosis maksimum, lalu tambahkan obat kedua. Strategi B mulai satu obat, lalu tambahkan obat kedua sebelum mencapai dosis maksimal pertama. Strategi C mulai dua obat secara bersamaan, sebagai pil terpisah atau pil kombinasi. Terapi kombinasi awal direkomendasikan jika BP >20/10 mmHg, diatas terget. 

Algoritma menurut JNC 8, dewasa usia 18 tahun dengan Hipertensi harus menerapkan modifikasi gaya hidup (life style) dan menetapka tujuan blood pleasure (BP), memulai pengobatan untuk menurunkan BP. Pada populasi umum (tidak ada diabetes dan CKD), untuk usia 60 tahun, tujuan BP adalah <150/90 mmHg sedangkan untuk usia <60 tahun <140/90 mmHg. Populasi kulit tidak hitam (non black) dengan inisial terapi menggunakan obat golongan thiazid, ACEI, ARB, atau CCB (monoterapi atau kombinasi), pada populasi kulit hitam (black) inisial terapi dengan thiazid atau CCB (monoterapi atau kombinasi). 

Tujuan tekanan darah tercapai dengan memperkuat gaya hidup dan kepatuhan minum obat harus selalu terjaga (tidak lupa minum obat, tidak mengubah dosis, dan tidak mengubah cara minum obat). Obat dapat dititrasi sampai dosis maksimum atau pertimbangkan untuk menambahkan obat lain (ACEI, ARB, CCB, Thiazid) jika obat yang pertama diberikan tidak efektif, adanya efek samping yang muncul, intoleransi, dan kontraindikasi. Jika ke empat golongan tersebut belum mampu mengontrol tekanan darah atau karena kondisi klinis lainnya, maka tujuan untuk mengontrol tekanan darah dengan memperkuat gaya hidup kembali dan patuh dalam pengobatan,  serta dapat menambahkan obat terpilih (seperti beta bloker, antagonis aldosteron, atau lainnya) dan titrasi obat sampai dosis maksimum, namun bila tahap kedua belum mampu mencapai target terapi yang diinginkan, pilihan ketiga adalah dengan perkuat kembali gaya hidup dan kepatuhan tetap diutamakan. Titrasi obat sampai pada dosis maksimum sama seperti tujuan pengobatan awal, penambahan obat lain dapat direkomendasikan atau dapat merujuk pasien ke spesialis hipertensi. 

Populasi dengan diabetes mellitus dengan atau tanpa chronic kidney disease (CKD) hadir untuk semua umur dan ras, dengan tujuan BP <140/90 mmHg dapat diawali dengan inisiasi obat golongan ACEI atau ARB (monoterapi atau kombinasi dengan obat kelas lain). Pada populasi diabetes mellitus tidak ada CKD untuk semua umur tujuan BP adalah <140/90 mmHg dengan pengaturan terapi sama seperti urutan di populasi umum (tanpa diabetes dan CKD). Terapi harus dilanjutkan dan tetap dipantau atau dimonitoring karena obat-obat antihipertensi untuk semua kelas/golongan dapat menimbulkan masalah klinis baru atau timbul efek samping obat, contohnya sebagai berikut :

  • Diuretik dengan agen pilihan seperti Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-50 mg, Chlorthalidone12,5-25 mg, Indapamid 1,25-2,5 mg, Triametrene 100 mg. Hemat kalium (Spironolakton 25-50 mg, Amilorida 5-10 mg, Triamterene 100 mg, Furosemid 20-80 mg (2x sehari), dan Torsemid 10-40 mg. Perlu dilakukan monitoring terapi yaitu pantau terjadinya hipokalemia.
  • ACEI (Lisinopril, Benazapril, Fosinopril, dan Quinapril 10-40 mg, Ramipril 5-10 mg, Trandolapril 2-8 mg. Monitoring terapi karena dapat menyebabkan batuk, angioedema, dan hiperkalemia. 
  • ARB (Candesartan 8-32 mg, Valsartan 80-320 mg, Losartan 50-100 mg, Olmesartan 20-40 mg, Telmisartan 20-80 mg.  Losartan dapat menurunkan kadar asam urat dan Candesartan dapat mencegah sakit kepala seperti migrain.
  • Beta Bloker (Metoprolol Suksinat 50-100 mg dan Tatrat 50-100 mg (2 kali sehari), Nebivolol 5-10 mg, Propranolol 40-120 mg (2 kali sehari), Carvedilol 6,25-25 mg (2 kali sehari), Bisoprolol 5-10 mg, Labetolol 100-300 mg (2 kali sehari)). Beta Bloker bukan obat pilihan lini pertama atau digunakan sebagai cadangan/alternatif  untuk pasca infark miokard dan congestive heart failure (CHF), menyebabkan kelelahan dan penurunan daya kerja jantung, mempengaruhi glukosa dan menutupi kesadaran hipoglikemik. 
  • CCB (Dihidropiridin : Amlodipin 5-10 mg, Nifedipin ER 30-90 mg dan Non Dihidropiridin : Diltiazem ER 180-360 mg, Verapamil 80-120 mg (3 kali sehari) atau ER 240-480 mg). Efek samping dapat menyebabkan edema, dihidropiridin dapat dikombinasikan  aman bersamaan dengan beta bloker dan non dihidropiridin dapat mengurangi denyut jantung dan proteinurea. 
  • Vasodilator (Hidralazin 25-100 mg (2 kali sehari), Minoxidil 5-10 mg, Terazosin 1-5 mg, Doxazosin 1-4 mg diberikan sebelum tidur). Hidralazin dan Minoxidil dapat menyebabkan reflek takikardi dan retensi cairan (biasanya memerlukan diuretik ditambah beta bloker). 
  • Centrally Acting Agents (Klonidin 0,1-2 mg (2 kali sehari, Metildopa 250-500 mg (2 kali sehari), Guanfacine 1-3 mg). Klonidin tersedia dalam formulasi patch mingguan untuk hipertensi resisten.
  • Indikasi menarik pada pasien gagal jantung pilihan perawatan dengan ACEI/ARB ditambah beta bloker, diuretik, dan spironolakton. Pasca MI/CAD klinis dengan ACEI/ARB dan beta bloker. Paasien CAD pilihannya ACEI, beta bloker, diuretik, dan CCB. Pasien diabetes mellitus  pilihannya yaitu ACEI/ARB, CCB, dan diuretik. Pada pasien CKD dengan ACEI/ARB, untuk pencegahan stroke berulang dapat dipilih ACEI dan diuretik, serta pada kehamilan pilihan obat yang paling aman adalah Labetolol (baris pertama), Nifedipin, dan Metildopa.

Perubahan gaya hidup perlu diterapkan pada pasien hipertensi dengan berhenti merokok bagi perokok aktif, diet makan sehat (dies DASH), konsumsi alkohol dikurangi, kurangi asupan natrium <2.400 mg/hari, mengontrol glukosa darah dan lipid, aktivitas fisik sedang hingga berat 3-4 kali seminggu dengan rata-rata 40 menit per sesi. 

Post a Comment

0 Comments

Ad Code

Responsive Advertisement